Klasifikasi dan Karakteristik Berdasarkan Kecacatan
Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan atau
penyimpangan fisik, pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Istilah lain
bagi anak berkebutuhan khusus adalah Anak Luar Biasa dan anak cacat berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam Anak Berkebutuhan Khusus antara lain:
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tuna wicara . Karena karakteristik dan
hambatan yang dimilki, Anak Berkebutuhan Khusus memerlukan bentuk pelayanan
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,
contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi
tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak
berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai
dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B
untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa,
SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
1.
Klasifikasi dan ciri-ciri
a. Tunarungu
Tuna rungu adalah anak yang mengalami
hambatan atau kelainan dalam segi pendengaran dan kesulitan komunikasi.
Tuna rungu (hearing impairment) merupakan
satu istilah umum yang menunjukkan ketidakmampuan mendengar dari yang ringan
sampai yang berat sekali yang digolongkan kepada tuli (deaf) dan kurang dengar
(a hard of hearing).
1) Klasifikasi
Tunarungu
Tuna rungu dapat diklasifikasikan
berdasarkan empat hal, yaitu:
a) Tunarungu
ringan (mild hearing loss)
Siswa yang tergolong tunarungu ringan
mengalami kehilangan pendengaran antara 27-40 dB, ia sulit mendengar suara yang
jauh sehingga membutuhkan tempat duduk yang letaknya strategis
b) Tuna
rungu sedang (moderate hearing loss)
Siswa yang tergolong tunarugu sedang
mengalami kehilangan pendengaran anatara 41-55 dB, ia dapat mengerti percakapan
dari jarak 3-5 feet secara berhadapan ( face to face), tetapi tidak dapat mengikuti
diskusi kelas. Ia membutuhkan alat bantu dengar serta terapi bicara.
c) Tunarungu
agak berat (moderately severe hearing loss)
Siswa yang tergolong tunarungu agak berat
mengalami kehilangan pendengaran antara 56-70 dB, ia hanya dapat mendengar
suara dari jarak dekat sehingga ia perlu menggunakan hearing aid.
d) Tunarungu
(severe hearing loss)
Siswa yang tergolong tunarungu berat
mengalami kehilangan pendengaran antara 71-90 dB, sehingga ia hanya dapat
mendengar suara-suara yang keras dari jarak dekat.
e) Tunarungu
berat sekali (profound hearing loss)
Siswa yang tergolong tunarungu berat sekali mengalami
kehilangan pendengaran lebih dari 90 dB, mungkin ia masih mendengar suara yang
keras, tetapi ia lebih menyadari suara melalui getarannya (visbratiaons) dari pada
melalaui pola suara.
Berdasarkan
saat terjadinya, ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Ketunarunguan
prabasa (prelingual deafness), yaitu kehilangan pendengaran yang terjadi
sebelum kemampuan bicara dan bahasa berkembang.
b) Ketunarunguan
pascabahasa (post lingual deafness), yaitu kehilangan pendengaran yang terjadi
beberapa tahun setelah kemampuan bicara dan bahasa berkembang.
Berdasarkan
letak gangguan pendengaran secara anatomis, ketunarunguan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Tunarungu
tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran yang disebabkan oleh terjadinya
kerusakan pada telinga bagian luar dan tengah yang berfungsi sebagai alat
konduksi atau pengantar getaran suara menuju telinga bagian dalam.
b) Tunarungu
tipe sensorineural, yaitu yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada
telinga dalam serta saraf pendengaran (nervus chochlearis)
c) Tunarungu
tipe campuran yang merupakan gabungan tipe konduktif dan sensorineural, artinya
kerusakan terjadi pada telinga pada telinga luar/tengah dengan telinga
dalam/saraf pendengar
Berdasarkan
etiologi atau usulnya ketunarunguan diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Tunarungu
endogen, yaitu yang disebabkan oleh faktor genetik (keturunan)
b) Tunarungu
eksogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor non genetik (bukan
keturunan)
2) Karakteristik
Tunarungu
Adapun untuk karakteristik anak tunarungu
terbagi menjadi tiga yaitu:
a) Karakteristik
anak tuna rungu dalam aspek akademik
Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan
berbahasa mengakibatkan anak tunarungu cenderung memiliki prestasi yang rendah
dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung sama dalam mata
pelajaran yang bersifat nonverbal dengan anak normal seusianya.
b) Karakteristik
anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut:
o
Pergaulan terbatas sesama tunarungu,
sebagai akibat dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi.
o
Sifat egosentris yang melebihi anak
normal, yang ditujukandengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi
berpikir dan perasaaan orang lain, sukarnya menyesuaikan diri serta tindakannya
lebih terpusat pada”aku-ego” sehingga kalau ada keinginan, harus selalu
terpenuhi.
o
Perasaaan takut (khawatir) terhadap
lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia tergantung pada orang lain serta kurang
percaya diri.
o
Perhatian anak tunarungu sulit dialihkan,
apabila ia sudah menyenangi satu benda atau pekerjaan tertentu.
o
Memiliki sifat polos, serta perasaannya
umumnya dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa.
o
Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai
akibat seringnya mengalami kekecewaan karena sulitnya menyampaikan
perasaan/keinginannya secara lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang
lain
3) Karakteristik
tunarungu dari segi fisik/kesehatan adalah sebagai berikut;
Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika
organ keseimbangannya yang ada pada telinga bagian dalam terganggu, gerak
matanya lebih cepat, gerakan tangannya cepat/lincah, dan peranapasannya lebih
pendek, sedangkan dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang yang
normal lainnya.
b. Tunagrahita
Banyak terminologi yang digunakan menyebut
mereka yang kondisi kecerdasannya dibawah rata-rata. Dalam Bahasa Indonesia,
istilah yang pernah digunakan, misalnya lemah otak, lemah ingatan, lemah
pikiran, retardasi mental, terbelakang mental, cacat grahita, dan tunagrahita.
Jadi tunagrahita adalah anak yang
mengalami hambatan atau kelainan dalam hal kemampuan intelengensi yang berada
dibawah rata-rata normal.
1. Klasifikasi
Tunagrahita
Pengklasifikasian anak tunagrahita penting
dilakukan untuk mempermudah guru dalam menyusun program dan melaksanakan
layanan pendidikan. Penting untuk memahami bahwa pada anak tunagrahita terdapat
perbedaan individual yang variasinya sangat besar.
Pengklasifikasian ini pun bermacam-macam
sesuai dengan disiplin ilmu maupun perubahan pandangan terhadap keberadaan anak
tunagrahita. Klasifikasi anak tunagrahita yang telah lama dikenal adalah debil
( IQ 50-75), imbecile( IQ 25-50), dan idiot (IQ 0-25). Sedangkan klasifikasi
yang dilakukan oleh kaum pendidik di Amerika adalah educable mentally retarded
(mampu didik), trainable mentally retarded (mampu latih) dan totally/custodial
dependent (mampu rawat).
Selain klasifikasi diatas ada pula
pengelompokan berdasarkan kelainan jasmani yang disebut tipe klinik. Tipe-tipe
klinik yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a)
Down syndrome (Mongoloid)
Anak Tunagrahita jenis ini disebut
demikian karena memiliki raut muka menyerupai orang mongol dengan mata sipit
dan miring, lidah tebal suka menjulur keluar, telinga kecil, kulit kasar,
susunan gigi kurang baik
b)
Kretin (Cebol)
Anak ini memperlihatkan ciri-ciri, seperti
badan gemuk dan pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit kering,
tebal, dan keriput, rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata, telapak
tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi terlambat
c)
Hydroceptal
Anak ini memiliki cirri-ciri kepala besar,
raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang
juling.
d)
Microcepal
Anak ini memiliki ukuran kepala yang kecil
e)
Anak ini memiliki ukuran yang besar dari ukuran normal.
2. Karakteristik
anak tunagrahita
Karakteristik anak tunagrahita dapat
dibagi secara umum dan khusus. Secara umum karakteristik anak tunagrahita dapat
ditinjau dari segi akademik, sosial emosional, fisik/kesehatan.
a. Akademik
Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat
terbatas, lebih-lebih kapasitasnya mengenai hal-hal yang abstrak. Mereka lebih
banyak belajar dengan membeo (rote learning) dari pada dengan pengertian. Dari
hari kehari mereka membuat kesalahan yang sama. Mereka cenderung menghindar
dari perbuatan berpikir. Mereka mengalami kesukaran memusatkan perhatian, dan
lapangan minatnya sedikit. Mereka juga cenderung cepat lupa, sukar membuat
kreasi baru, serta rentang perhatiannya pendek.
b. Sosial/emosional
Dalam pergaulan anak tunagrahita tidak
dapat mengurus diri, memelihara dan memimpin diri. Ketika masih muda mereka
harus dibantu terus karena mereka mudah terperosok kedalam tingkah laku yang
kurang baik. Mereka cenderung bergaul atau bermain bersama dengan anak yang
lebih muda darinya.
Kehidupan penghayatanya terbatas. Mereka
juga tidak mampu tidak mampu menyatakan rasa bangga dan kagum. Mereka mempunyai
kepribadian yang kurang dinamis, mudah goyah, kurang menawan, dan tidak
berpandangan luas. Mereka juga mudah disugesti atau dipengaruhi sehingga tidak
jarang dari mereka mudah terperosok kehal-hal yang tidak baik, seperti mencuri,
merusak, dan pelanggaran seksual.
Namun dibalik itu semua mereka menunjukkan
ketekunan dan rasa empati yang baik asalkan mereka mendapatkan layanan atau
perlakuan yang kondusif.
c. Fisik/kesehatan
Baik struktur maupun fungsi tubuh pada
umumnya anak tunagrahita kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan
dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal. Bagi anak tunagrahita
yang berat dan sangat berat kurang merasakan sakit, bau badan tidak enak,
badannya tidak segar tenaganya kurang mempunyai daya tahan dan banyak yang
meninggal pada usia muda . Mereka mudah terserang penyakit keterbatasan
memelihara diri serta tidak memahami cara hidup sehat.
Adapun
secara khusus karakteristik anak tunagrahita dapat digolongkan menurut tingkat
ketunagrahitaanya.
a. Karakteristik
tunagrahita ringan
Tunagrahita ringan disebut juga moron atau
debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut skala Binet, sedangakan
menurut skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih mampu dididik dan
dikembangkan dalam hal: membaca, menulis, mengeja, dan berhitung, menyesuaikan
diri dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain.
Meskipun tidak dapat menyamai anak normal
seusia dengannya, mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung
sederhana. Pada usia 16 tahun atau lebih mereka dapat mempelajari bahan yang
tingkat kesukarannya sama dengan kelas 3 dan kelas 5 SD. Kematangan belajar
membaca baru dicapai pada umur 9 tahun dan 12 tahun sesuai dengan kecepatan
berat dan ringannya kelainan. Mereka dapat bergaul dan mempelajari pekerjaan
yang hanya memerlukan semi skilled. Sesudah dewasa banyak diantara mereka yang
mampu berdiri sendiri. Pada usia dewasa kecerdasannya mencapai tingkat usia
anak normal 9 dan 12 tahun.
b. Karakteristik
anak Tunagrahita sedang
Anak tunagrahita sedang atau (imbesil).
Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada skala Binet dan 54-40 menurut skala
Weschler (WISC), hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik.
Perkembangan bahasanya lebih terbatas dari pada anak tunagrahita ringan. Mereka
dapat berkomunikasi dengan beberapa kata. Mereka dapat membaca dan menulis,
seperti namanya sendiri, alamatnya, nama orang tuanya, dan lain-lain. Mereka
mengenal angka-angka tanpa pengertian. Namun demikian, mereka masih memiliki
potensi untuk mengurus diri sendiri. Mereka dapat dilatih untuk mengerjakan
sesuatu secara rutin, dapat dilatih berkawan, mengikuti dan menghargai hak
milik orang lain.
c. Karakteristik
anak tunagrahita berat dan sangat berat
Anak tunagrahita berat dan sangat berat
(idiot) kelompok ini menurut skala Binet memiliki IQ antara 32-20 dan menurut
skala weschler (WISC) adalah 39-25, hidupnya akan selalu tergantung pada
pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri sendiri
(makanan, berpakaian, ke WC, dan sebagainya harus dibantu). Mereka tidak dapat
membedakan bahaya dan bukan bahaya. Ia juga tidak dapat bicara kalaupun bicara
hanya mampu mengucapkan kata-kata atau tanda sederhana saja. Kecerdasannya
walaupun mencapai usisa dewasa berkisar seperti anak normal usia paling tinggi
4 tahun. Untuk menjaga kestabilan fisik dan kesehatannya mereka perlu diberikan
kegiatan yang bermanfaatnya, seperti mengampelas memindahkan benda, mengisi
karung dengan beras sampai penuh.
c. Tunawicara
Anak dengan hendaya pendengaran dan bicara
(tunarungu tunawicara), pada umumnya mereka mengalami hambatan pendengaran dan
kesulitan melakukan komunikasi secara lisan dengan orang lain.
Bila dibandingkan dengan anak cacat
lainnya, penderita tunawicara cenderung tergolong yang paling ringan, karena
secara lahiriah mereka tidak kelihatan memiliki kelainan dan tampak seperti
orang normal. Salah satu penyebab yang paling sering terjadi pada Tunawicara
adalah gangguan pendengaran yang tidak terdeteksi secara dini, karena
permasalahan paling mendasar yang dialami seorang tuli adalah kurang mendapat
stimulasi bahasa sejak lahir
1) Klasifikasi
a) Tunarungu/Tunawicara
Ringan:
Mampu mendengar dan mengulangi kata-kata
yang diucapkan dengan suara normal/biasa pada jarak 1 meter (kemampuan daya
dengar kesetaraan audiometrik: 26-40 dB)
b) Tunarungu/Tunawicara
Sedang:
Mampu mendengar dan mengulangi kata-kata
yang diucapkan dengan suara yang diperkeras dengan jarak 1 meter (kemampuan
daya dengar kesetaraan audiometrik 41-60dB).
c) Tunarungu/Tunawicara
Berat:
d) Mendengar
kata-kata yang disampaikan dengan berteriak pada sisi telinga yang sehat
(kemampuan daya dengar kesetaraan audimetrik 61-80 dB).
e) Karakteristik
Anak Tunarungu/Tunawicara mengalami
gangguan komunikasi secara verbal karena kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya, sehingga mereka menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi,
oleh karena itu pergaulan dengan orang normal mengalami hambatan. Selain itu
mereka memiliki sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, cepat marah dan
mudah tersinggung. Kesehatan fisik pada umumnya sama dengan anak normal
lainnya.
🎉BEMF PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA PROUDLY PRESENT🎉
ReplyDeleteTalkshow Anak Berkebutuhan Khusus
"Keterbatasan Bukan Batasan"
Ini merupakan salah satu rangkaian acara PIASE 2016 "Psychology Innovation In Art Social And Education"
Acara ini bertujuan untuk :
✔Membuka dan mengubah paradigma masyarakat bahwa keterbatasan bukan sebuah batasan.
✔Memberikan motivasi berprestasi tanpa memandang kekurangan dan keterbatasan
✔Memberikan pengetahuan bagaimana cara penanganan anak berkebutuhan khusus
✔Memberikan solusi serta pencegahan terhadap penyebab fenomena sosial tentang kekerasan terhadap anak yang meningkat setiap tahunnya
Dengan pembicara :
• Arist Merdeka Sirait (Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak)
• Katarina Ira Puspita M.Psi (Psikolog Klinis Anak)
Special Performance :
• Zelda Maharani (Kontestan Mamamia 2014)
Tempat dan tanggal :
Rabu, 25 Mei 2016
@Auditorium D462, Universitas Gunadarma Kampus D, Depok
HTM 40K [Ilmu&Pengetahuan, Sertifikat, Snack, Seminar Kit, Doorprize]
Feel excited? Wanna join and participate? Open for public!
Registrasi & Informasi lebih lanjut hubungi :
👇👇
📲 Kampus J :
Nama: Caca
Id line: sybn17
Wa: 081391441127
📲 Kampus K
Fitria Lita Gustin
Id Line: fitrialitagustin
Wa : 089661560864
📲 Kampus D
Olyn dianisha
Id line : olyndianisha
Wa : 085272629924
Salam, #SatuPsikologi #PIASE2016
Yogya Music Therapy Camp
ReplyDeleteMusic Therapy bermaksud menolong anak dan dewasa untuk mengoptimalkan hidup melalui terapi yang menggunakan musik. Tidak perlu kemampuan bermain musik apapun untuk mendapatkan manfaat dari terapi musik kami.
Program terapi musik sesuai untuk individu dengan kesulitan konsentrasi, keterbatasan fisik, hambatan mental, hambatan usia, hambatan medis, atau kebutuhan khusus (ADHD, Alzheimer, Autis, Cerebral Palsy, Dementia, Down Syndrome, dan lain sebagainya).
Daftarkan diri segera di Yogyakarta tanggal 26 - 27 Mei 2017 (awal puasa)
Hubungi : 0896 5078 0333 – 0822 6159 5979 atau melalui email MTCIndonesia@yahoo.com,
Klik web : http://www.musictherapycentreindonesia.com